28 Febuari 2010
Mianhae cingu. Aku terlambat lebih dari dua minggu membalas cintamu. Jika aku punya poti atau horta, pasti tanaman itu telah tumbuh selama jangka waktu itu. Dwita, dimana Lionel ku? Yaa, kamu juga sudah terlambat lebih dari dua minggu.
Aku tak tau mau membalas apa, tapi aku mau kamu tidak menangis. Karena aku tidak menangis dan aku juga sayang kamu. Kita berdua tau, Allah itu Maha Adil, Ia pasti telah menuliskan takdir kita agar kita dapat mengambil hikmahnya. Di dalam lemari yang kotor dan bau, seandainya kamu terkunci disana, aku tau disana ada cahaya walaupun gelap, cahaya itu berasal dari hatimu sendiri. Walaupun bukan malaikat, tapi aku percaya tiap manusia punya cahaya yang membuatnya hidup. Jangan menangis, karena tangisanmu itu akan memudarkan cahayamu. Kita berdua bersama, berpengan tangan dan percayalah cahaya itu akan semakin terang.
Thanks for everything^^
AI- Anit Inas
28 Februari 2010, 7:43 am
Permintaan maafmu diterima. Sebenarnya tidak perlu juga meminta maaf untuk hal seperti itu. Satu hal lagi yang ku ambil dari perlakuanmu. Air yang jernih akan terus jernih bila terus dijaga dan dibersihkan. Seperti hal nya kamu menjaga persahabatan kita.
Aku juga harus meminta maaf kepadamu. Kemarin aku sempat membuat mu menjadi ayam yang kehilangan induknya. Aku tahu kamu kebingungan di seberang sana mendengar suara tangis ku melalui telepon genggam. Tangis ku meledak begitu mengingat kamu adalah sahabat terbaikku. Sahabat yang telah kumiliki semasa duduk di sekolah dasar. Mataku tak dapat menahan untuk tidak menjatuhkan bulir-bulir air yang terjun dengan deras dari kelopaknya.
Saat itu, aku baru sadar, kau lebih kuat dari apapun yang pernah kubayangkan. Lebih kuat dari segala yang pernah aku kenal. Aku benar-benar membutuhkanmu. Seseorang yang tidak mudah dijatuhkan, bukan karena sombong, tapi karena kuatnya hatimu. Maaf aku hanya mengatakan "gue sayang banget sama lo, om". Karena hanya kalimat itu yang dapat kukatakan. Selebihnya tidak. Tidak bisa. Aku sudah tahu perihal ayahmu dirawat di RSCM. Aku turut prihatin.
Kekuatan hatimu pun sedang diuji. Itu juga yang membuatku menangis begitu kencang ketika meneleponmu. Aku tak sanggup membayangkan jika aku berada di posisimu. Jika aku adalah kamu, aku mungkin sudah menangis dan menganggap dunia ini tidak adil. Aku mungkin akan mengutuk tuhan yang menciptakanku, tapi kamu dan aku berbeda. Amat sangat jauh berbeda. Aku selalu suka perbedaan itu, karena kamu selalu memberikan contoh yang baik untuk mengubah perbedaan itu menjadi sama. Jujur, sekarang aku sangat ingin menangis dalam rangkulan mu.
Maaf ya suratku kali ini terlalu panjang. Aku percaya apa yang kamu katakan, jika kita berpegangan tangan cahaya itu semakin terang. Percaya. Jagalah dirimu baik-baik, sebaik kau menjaga persahabatanmu :)
Permintaan maafmu diterima. Sebenarnya tidak perlu juga meminta maaf untuk hal seperti itu. Satu hal lagi yang ku ambil dari perlakuanmu. Air yang jernih akan terus jernih bila terus dijaga dan dibersihkan. Seperti hal nya kamu menjaga persahabatan kita.
Aku juga harus meminta maaf kepadamu. Kemarin aku sempat membuat mu menjadi ayam yang kehilangan induknya. Aku tahu kamu kebingungan di seberang sana mendengar suara tangis ku melalui telepon genggam. Tangis ku meledak begitu mengingat kamu adalah sahabat terbaikku. Sahabat yang telah kumiliki semasa duduk di sekolah dasar. Mataku tak dapat menahan untuk tidak menjatuhkan bulir-bulir air yang terjun dengan deras dari kelopaknya.
Saat itu, aku baru sadar, kau lebih kuat dari apapun yang pernah kubayangkan. Lebih kuat dari segala yang pernah aku kenal. Aku benar-benar membutuhkanmu. Seseorang yang tidak mudah dijatuhkan, bukan karena sombong, tapi karena kuatnya hatimu. Maaf aku hanya mengatakan "gue sayang banget sama lo, om". Karena hanya kalimat itu yang dapat kukatakan. Selebihnya tidak. Tidak bisa. Aku sudah tahu perihal ayahmu dirawat di RSCM. Aku turut prihatin.
Kekuatan hatimu pun sedang diuji. Itu juga yang membuatku menangis begitu kencang ketika meneleponmu. Aku tak sanggup membayangkan jika aku berada di posisimu. Jika aku adalah kamu, aku mungkin sudah menangis dan menganggap dunia ini tidak adil. Aku mungkin akan mengutuk tuhan yang menciptakanku, tapi kamu dan aku berbeda. Amat sangat jauh berbeda. Aku selalu suka perbedaan itu, karena kamu selalu memberikan contoh yang baik untuk mengubah perbedaan itu menjadi sama. Jujur, sekarang aku sangat ingin menangis dalam rangkulan mu.
Maaf ya suratku kali ini terlalu panjang. Aku percaya apa yang kamu katakan, jika kita berpegangan tangan cahaya itu semakin terang. Percaya. Jagalah dirimu baik-baik, sebaik kau menjaga persahabatanmu :)
regards,
Anita of AI
Anita of AI
No comments:
Post a Comment